Mahasiswa yang telah aktif dalam gerakan antikorupsi di berbagai kampus menganggap situasi ini sebagai ancaman serius terhadap masa depan bangsa, khususnya di Provinsi Jambi. Mereka menuntut politik yang bersih dan transparan, politik yang mengutamakan kepentingan publik di atas kepentingan pribadi atau kelompok.
Jika praktik keterlibatan mantan koruptor dalam politik terus dibiarkan, bagaimana mahasiswa dapat yakin bahwa suara mereka dalam memperjuangkan keadilan akan didengar?
Selain itu, keterlibatan mantan koruptor dalam tim pemenangan Alharis-Sani dapat merusak upaya pemberantasan korupsi yang selama ini diperjuangkan oleh berbagai pihak di Provinsi Jambi, termasuk lembaga antikorupsi, masyarakat sipil, dan mahasiswa itu sendiri.
Kolusi antara politikus dan mantan koruptor membuka celah bagi kembalinya praktik-praktik curang di masa depan. Hal ini juga berpotensi melemahkan kepercayaan publik terhadap komitmen pemerintah dalam memberantas korupsi.
Sebagai bagian dari masyarakat yang terdidik dan kritis, mahasiswa merasakan bahwa keterlibatan mantan koruptor dalam politik merusak esensi demokrasi itu sendiri.
Mereka mempertanyakan, apakah pemimpin yang didukung oleh individu dengan rekam jejak kelam benar-benar mampu membawa perubahan positif? Apakah nilai-nilai integritas dan kejujuran akan tetap diperjuangkan di bawah kepemimpinan yang berkompromi dengan masa lalu yang korup?
Oleh karena itu, partisipasi mantan koruptor dalam dunia politik harus menjadi perhatian serius. Masyarakat, termasuk mahasiswa, perlu lebih kritis dalam menilai siapa saja yang terlibat dalam proses politik, karena demokrasi yang sehat hanya dapat tumbuh di atas landasan integritas, bukan di atas kompromi dengan masa lalu yang kelam.
Penolakan terhadap normalisasi korupsi harus terus digaungkan, terutama oleh kalangan mahasiswa yang memiliki idealisme tinggi. Ketika kita mulai mentolerir keterlibatan mantan koruptor dalam politik, kita tidak hanya memperlemah demokrasi, tetapi juga membiarkan moralitas publik hancur sedikit demi sedikit.
Mahasiswa harus berada di garis depan dalam menolak normalisasi ini, memperjuangkan politik yang bersih, serta menuntut keadilan dan integritas di setiap level kepemimpinan.
Penulis : Armando, Aktivis PMII Universitas Jambi