TANYAFAKTA.ID, JAKARTA – PT Perkebunan Nusantara IV (PTPN IV) PalmCo dan Unilever menandatangani perjanjian kerja sama jangka panjang untuk memperkuat rantai pasok Minyak Inti Sawit (Palm Kernel Oil/PKO) yang berkelanjutan. Kesepakatan ini ditandai dengan penandatanganan perjanjian yang berlangsung di London pada pekan lalu.
Direktur Utama PTPN IV PalmCo, Jatmiko Santosa, menjelaskan bahwa perjanjian ini menjadi tonggak baru dalam hubungan kedua perusahaan yang telah terjalin selama hampir satu dekade. Investasi yang dilakukan oleh Unilever akan digunakan untuk pengembangan dua unit Kernel Crushing Plant (KCP) yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi minyak inti sawit berkelanjutan di PTPN IV PalmCo.
“PalmCo terus bertransformasi menjadi perusahaan agribisnis yang lebih adaptif dan kompetitif. Dengan kemitraan jangka panjang ini, kami berkomitmen untuk meningkatkan produksi PKO yang berkelanjutan bagi seluruh pelanggan kami,” ujar Jatmiko dalam keterangan persnya, Senin (17/02/2025) di Jakarta.
Sebagai bagian dari kesepakatan, Unilever akan melakukan investasi untuk pembangunan dua unit KCP. Investasi ini mencakup Long Term Supply Contract (LTSC) selama 5 hingga 10 tahun, di mana PTPN IV PalmCo akan memasok PKO bersertifikat lestari setiap tahunnya kepada Unilever.
“Dengan tambahan dua pabrik ini, perusahaan semakin siap untuk memenuhi permintaan global akan minyak sawit yang ramah lingkungan. Fasilitas ini juga akan membawa efisiensi dan meningkatkan profitabilitas perusahaan,” kata Jatmiko.
Jatmiko menambahkan, kemitraan yang terjalin ini menjadi kunci dalam menciptakan rantai pasok minyak sawit yang lebih efisien dan berkelanjutan, sekaligus melibatkan seluruh pihak, termasuk petani kecil.
“Kami berterima kasih atas kerja sama ini dan memastikan bahwa Unilever telah menempatkan investasinya dengan tepat bersama kami di PalmCo,” lanjutnya.
Sementara itu, Chief Supply Chain Officer Unilever, Willem Uijen, menekankan bahwa kerja sama ini menunjukkan komitmen Unilever dalam membangun rantai pasok minyak sawit yang berkelanjutan, yang memberikan dampak positif bagi manusia dan lingkungan.
“Kami merasa terhormat dapat menandatangani kemitraan jangka panjang dengan PTPN IV PalmCo. Ini adalah bukti konsistensi kami dalam mengembangkan rantai pasok kelapa sawit berkelanjutan yang memberikan manfaat bagi manusia dan alam,” ujar Uijen.
Uijen juga menyatakan bahwa Unilever telah bekerja sama untuk meningkatkan ketelusuran dan transparansi rantai pasok produknya. Dengan kemitraan ini, Unilever yakin dapat memperdalam integrasi rantai nilai dan memperluas basis aset PTPN IV untuk menghasilkan volume yang lebih berkelanjutan di masa depan.
“Dalam 10 tahun terakhir, Unilever telah menginvestasikan lebih dari $360 juta untuk membangun fasilitas oleokimia kelas dunia di Indonesia, yang memproduksi turunan minyak sawit yang berkelanjutan dan dapat dilacak. Kesepakatan ini memungkinkan kami untuk terus memanfaatkan fasilitas tersebut dalam menghadirkan produk yang selaras dengan kebijakan kami tentang manusia dan alam,” ujar Uijen.
Wakil Direktur Utama Holding Perkebunan PTPN III (Persero), Denaldy Mulino Mauna, menambahkan bahwa kemitraan ini tidak hanya memberikan manfaat bisnis bagi kedua belah pihak, tetapi juga mendukung transformasi industri sawit nasional menuju keberlanjutan.
“Sebagai bagian dari Holding Perkebunan, kami mendorong PTPN IV PalmCo untuk terus memperkuat kemitraan strategis dengan mitra global seperti Unilever. Investasi ini tidak hanya meningkatkan kapasitas produksi, tetapi juga mencerminkan komitmen kami dalam memastikan praktik keberlanjutan di seluruh rantai pasok. Kami optimistis kesepakatan ini dapat memberikan dampak positif bagi petani kecil dan mendorong pertumbuhan industri sawit Indonesia yang lebih kompetitif di pasar global,” ungkapnya.
Selain itu, PTPN IV PalmCo juga menjalin berbagai kerjasama dengan pihak lain, baik domestik maupun internasional. Di antaranya, PalmCo sedang mengembangkan kerja sama di bidang energi terbarukan dengan Jepang untuk proyek Biogas Cofiring menggunakan metode terbaru ‘Expanded Granular Sludgebeg’ (EGSB). Selain itu, ada juga proyek rintisan Compressed Biomethane Gas bersama Renikola Malaysia senilai USD 240 juta untuk 30 pembangkit listrik. (*)
Tinggalkan Balasan