TANYAFAKTA.ID – Meski sudah diprediksi, tetap saja membuat ekonomi ekonomi global was – was. Bayangkan, saat situasi ekonomi dunia masih tak menentu dikarenakan perang berlarut Rusia – Ukraina. Presiden Amerika Donald Trump malah melakukan perang dagang pada banyak negara di dunia, mulai pada jirannya Kanada dan Meksiko, lalu sekutu lamanya di Eropa (Uni Eropa), dan tentu saja China serta banyak lagi negara lain.

Perang dagang ini dilakukan Amerika dalam bentuk pengenaan tarif bea masuk produk eksport negara – negara tadi, tarif masuk eksport yang tinggi membuat perekonomian dunia mengalami ketidakpastian. Kenapa tidak pasti ?

Tarif impor tinggi yang diterapkan Amerika Serikat (AS) dapat memberikan keuntungan seperti meningkatkan pendapatan pajak, melindungi lapangan kerja, dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Tapi jangan salah, tarif impor yang tinggi dapat menyebabkan kenaikan harga produk, penurunan konsumsi, peningkatan produksi domestik, dan penurunan volume impor.

Sehingga, secara global tarif impor dapat memicu kekhawatiran perang dagang yang dapat memperlambat pertumbuhan global dan memicu inflasi.

Perang dagang menciptakan ketidakpastian yang signifikan bagi pelaku bisnis yang bergantung pada impor. Fluktuasi dalam biaya impor dan persyaratan perdagangan membuat perencanaan bisnis jangka panjang sulit dilakukan. Bisnis harus beradaptasi dengan perubahan-perubahan tiba-tiba dalam kebijakan perdagangan, menciptakan beban tambahan pada manajemen dan sumber daya perusahaan.

Baca juga:  Makan Bergizi Gratis, Pondasi Kemajuan Suatu Bangsa 

Selain itu perang dagang menimbulkan ketidakpastian Pasar dan Rencana Produksi. Fluktuasi dalam kebijakan perdagangan membuat produsen dan eksportir kesulitan merencanakan produksi dan ekspor mereka. Rencana jangka panjang menjadi sulit dilakukan karena perubahan yang cepat dalam kondisi pasar.

Efek yang baru terasa saja bisa dilihat dari, di Bursa saham di Jepang dan Korea Selatan turun 2 persen pada sesi pembukaan perdagangan. Harga saham berjangka AS merosot pada jam-jam awal perdagangan Asia. Harga berjangka Nasdaq turun 2,35 persen dan harga berjangka S&P 500 turun 1,8 persen.

Lalu, Harga saham sejumlah perusahaan otomotif turun cukup tajam, terutama perusahaan-perusahaan yang telah menggelontorkan miliaran dollar AS dana untuk memperkuat rantai pasok di Kanada dan Meksiko. Harga saham Toyota Motor turun hampir 5 persen, sementara Honda Motor dan Nissan Motor merosot lebih dari 7 persen.

Kemudian, Harga minyak AS melonjak lebih dari 2 dollar AS per barel saat perdagangan saham di Asia dibuka. Sementara harga bensin berjangka melonjak lebih dari 3 persen. Serta, banyak dampak lainnya.

Tentu saja dampak-dampak ini dapat bervariasi tergantung pada seberapa besar negara-negara terlibat dalam perang dagang dan seberapa lama konflik dagang berlangsung. Oleh karena itu, negosiasi perdagangan dan kerjasama internasional sangat penting untuk meredakan dampak negatif ini. Harapan kita adalah agar negara-negara dapat bekerja sama dalam mencari solusi yang adil dan berkelanjutan untuk memperkuat perdagangan internasional dan mendukung pertumbuhan ekonomi global.

Baca juga:  Meneguhkan Kembali Asas Berorganisasi: Membangun BEM Universitas Jambi sebagai Katalis Pemimpin Berintegritas

Perang dagang memiliki dampak yang signifikan terhadap perdagangan internasional, khususnya pada kegiatan ekspor dan impor di seluruh dunia.

Pada sisi ekspor atau eksportir, perang dagang akan memicu penurunan Volume dan Harga Ekspor. Kenapa ? Karena perang tarif membuat produk ekspor lebih mahal atau sulit diakses oleh negara-negara mitra dagang.

Di sisi lain, permintaan yang menurun menyebabkan penurunan harga produk ekspor, terutama bagi negara-negara yang menggantungkan perekonomiannya pada ekspor komoditas tertentu seperti baja atau kedelai.

Perang dagang yang terjadi itu dapat makin mempersulit Indonesia untuk melakukan ekspor. Sebab ketika perang dagang terjadi, negara itu akan mengurangi produksi yang berdampak ke Indonesia selaku eksportir bahan baku.

Di samping itu, perang dagang tersebut juga dapat membuat negara lain menyasar Indonesia dalam melakukan impor sejumlah barang yang sebelumnya dikirim ke AS atau China. Hal itu memanfaatkan keterbukaan perekonomian Indonesia.

Dalam hal barang China misalnya, yang mau dikasih bea masuk di Amerika, akibatnya tentu produksi China menurun.

Baca juga:  Memahami Deflasi dan Inflasi Pada Daya Beli Masyarakat

Jika produksi dari China turun, membuat ekspor bahan mentah dari Indonesia ke negeri tirai bambu itu ikut menurun. Ujungnya, pertumbuhan ekonomi bisa turun.

Lalu, apa yang bisa dilakukan pemerintah mampu mengatasi angka pertumbuhan ekonomi yang menurun, ada beberapa cara pertumbuhan ekonomi bisa tinggi, salah satunya yakni peningkatan di sektor investasi, investasi bisa menjadi cara agar lapangan kerja meningkat.

Dalam menghadapi perang dagang, negara-negara yang terkena dampak cenderung mencari pasar baru untuk ekspor mereka. Diversifikasi pasar menjadi langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan pada pasar yang terkena dampak konflik dagang. Upaya ini memacu negara-negara untuk mengembangkan industri-industri non-tradisional, mencari peluang perdagangan di pasar-pasar yang stabil, serta meningkatkan daya saing produk domestik.

Selain itu, perlu Inovasi dan Penyempurnaan Produk. Perang dagang mendorong produsen untuk lebih inovatif dan menciptakan produk-produk yang lebih berkualitas. Untuk mempertahankan pangsa pasar dan memenuhi kebutuhan konsumen, eksportir harus terus melakukan riset dan pengembangan. Penyempurnaan produk dan penerapan teknologi terbaru dapat menjadi strategi efektif untuk bersaing di pasar global yang berubah-ubah.

Penulis : Dr. Noviardi Ferzi | Akademisi