TANYAFAKTA.ID, JAMBI – Asrama mahasiswa atau yang lebih dikenal dengan Rumah Susun Sewa (Rusunawa) di Kampus Universitas Jambi (UNJA) Mendalo, yang dibangun pada 2007 dengan biaya miliaran rupiah, kini menjadi sorotan tajam.
Setelah hampir satu dekade selesai dibangun dan difungsikan pada 2015, rusunawa yang awalnya dimaksudkan untuk menampung mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi, kini tidak hanya terbengkalai, tetapi juga beralih fungsi secara signifikan.
Aldi Welfrido Naibaho, Kepala Bidang Agitasi dan Propaganda Badan Pengurus Wilayah (BPW) Lingkar Studi Mahasiswa Marhaenis (LSMM) Provinsi Jambi, menegaskan bahwa kondisi rusunawa saat ini jauh dari harapan.
“Bangunan ini sudah tidak layak huni. Tidak terawat seperti istana terlantar. Banyak fasilitas yang rusak, seperti lampu yang mati, plafon yang usang, dinding yang terkelupas, dan bahkan rumput liar yang merambah area sekitar. Semua ini menunjukkan bahwa rusunawa ini tak lagi diprioritaskan,” ujar Aldi, yang juga merupakan mahasiswa UNJA pada Kamis, (2/1/2025) .
Pernyataan Aldi ini mengundang keprihatinan, mengingat anggaran besar yang digelontorkan untuk pembangunan rusunawa tersebut. Dia juga mengeluhkan kebersihan dan ketidakfungsian gedung yang kini tidak hanya dibiarkan terbengkalai, tetapi juga beralih fungsi.
Pasalnya, bukannya ditempati mahasiswa, rusunawa tersebut kini malah tampak ditempati sejumlah pekerja proyek yang mengerjakan pembangunan gedung-gedung baru di lingkungan kampus UNJA.
Lebih jauh lagi, fungsi rusunawa yang semula diperuntukkan bagi mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi itu kini juga nampaknya sudah menjadi tempat penyimpanan papan-papan sisa bangunan.
Situasi ini jelas memperburuk citra kampus yang seharusnya memberikan fasilitas yang layak bagi mahasiswanya, terlebih bagi mereka yang menerima beasiswa Bidikmisi—program yang seharusnya mendukung mereka dalam mengembangkan potensi akademis dan kreatif.
“Kami menuntut agar pihak universitas memberikan penjelasan mengenai hal ini. Tanggung jawab pengelolaan fasilitas kampus tidak hanya berhenti pada pembangunan fisik, tetapi juga harus mencakup aspek perawatan dan pemanfaatan fasilitas yang berkelanjutan,” tegas Aldi.
Tak hanya itu, Aldi juga mendesak transparansi dalam pengelolaan anggaran serta evaluasi menyeluruh terhadap pengelolaan fasilitas kampus, terutama rusunawa.
Mengingat rusunawa tersebut dibangun dengan harapan dapat menunjang kenyamanan mahasiswa, alih-alih mendukung kesejahteraan, kini justru menambah deretan fasilitas yang terabaikan di kampus tersebut.
Fasilitas yang seharusnya memberikan kenyamanan bagi penghuni, seperti ruang tidur, kamar mandi, dapur umum, dan area parkir, kini tampaknya hanya tinggal kenangan.
Banyak mahasiswa yang memilih untuk tinggal di luar kampus, mengingat ketidaknyamanan yang terus berlarut-larut dan ketidakjelasan Universitas Jambi dalam pemanfaatan rusunawa tersebut sebagaimana tujuan awal dibangun.
Untuk diketahui,rusunawa tersebut terdiri dari 4 lantai dengan 96 kamar, 1 kamar dapat dihuni 2 sampai 3 mahasiswa. Fasilitas yang disediakan untuk kamar meliputi ranjang tempat tidur lengkap dengan kasur, bantal, guling, meja belajar dan kursi.
Fasilitas diluar kamar seperti kamar mandi, air bersih, dapur umum, area parkir motor, dan penjagaan oleh satuan pengamanan 24 jam. Selain itu juga terdapat tempat ibadah yakni Masjid Jami Assalam masjid terbesar di UNJA tepatnya disebelah rusunawa tersebut. (*)
Tinggalkan Balasan