Kriteria Seseorang yang Bisa Melakukan Donor Darah: Persyaratan dan Prosedur yang Harus Diketahui

TANYAFAKTA.ID – Donor darah adalah kegiatan mulia yang dapat menyelamatkan nyawa banyak orang. Namun, tidak semua orang dapat mendonorkan darahnya begitu saja. Agar donor darah berjalan dengan aman dan efektif, ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh calon pendonor. Kriteria ini bertujuan untuk memastikan bahwa proses donor darah tidak hanya aman bagi penerima darah, tetapi juga untuk menjaga kesehatan pendonor itu sendiri. Berikut adalah beberapa persyaratan dasar yang perlu dipenuhi oleh seseorang sebelum melakukan donor darah:

1. Usia yang Tepat

Kebanyakan lembaga donor darah menetapkan usia minimal untuk mendonorkan darah. Di Indonesia, usia minimum pendonor darah adalah 17 tahun. Usia maksimal pendonor darah biasanya berkisar antara 60 hingga 65 tahun, tergantung pada kondisi kesehatan individu dan kebijakan lembaga donor darah. Namun, pendonor darah yang berusia di atas 60 tahun, terutama yang ingin melakukan donor darah untuk pertama kalinya, biasanya perlu mendapat izin atau pemeriksaan lebih lanjut dari dokter.

2. Berat Badan yang Cukup

Berat badan juga menjadi salah satu faktor penentu apakah seseorang layak untuk mendonorkan darah. Agar proses donor darah aman, pendonor harus memiliki berat badan minimal 45 kg. Penting untuk diketahui bahwa berat badan yang terlalu ringan dapat menyebabkan tubuh kesulitan dalam memproduksi darah yang baru, yang bisa berisiko bagi kesehatan pendonor. Oleh karena itu, sangat penting untuk memastikan berat badan Anda memenuhi kriteria ini sebelum melakukan donor darah.

3. Kondisi Kesehatan yang Sehat

Donor darah hanya diperbolehkan bagi mereka yang dalam kondisi sehat dan tidak memiliki penyakit atau gangguan medis tertentu. Sebelum mendonorkan darah, calon pendonor akan menjalani pemeriksaan kesehatan untuk memastikan bahwa tubuh mereka cukup kuat untuk mendonorkan darah.
Baca juga:  Dampak Positif Dan Negatif Konsumsi Cokelat
Beberapa kondisi medis yang dapat menghalangi seseorang untuk mendonorkan darah antara lain:
  • Infeksi atau demam: Jika Anda sedang sakit atau memiliki gejala infeksi, seperti flu, batuk, atau demam, Anda disarankan untuk menunda donor darah hingga sembuh.
  • Penyakit jantung atau gangguan pembekuan darah: Bagi mereka yang memiliki riwayat penyakit jantung, stroke, atau gangguan pembekuan darah, biasanya tidak diperbolehkan untuk mendonorkan darah.
  • Penyakit kronis seperti diabetes: Penderita diabetes yang tidak terkontrol atau memiliki komplikasi seringkali disarankan untuk tidak mendonorkan darah.
  • Tekanan darah yang tidak stabil: Jika Anda memiliki tekanan darah terlalu rendah atau tinggi, Anda juga mungkin tidak diperbolehkan mendonorkan darah.
Selain itu, jika seseorang memiliki riwayat penyakit menular seperti HIV/AIDS, hepatitis B, atau hepatitis C, mereka tidak diperbolehkan untuk mendonorkan darah.

4. Jarak Waktu Antara Donor Darah Sebelumnya

Pendonor darah juga harus memenuhi persyaratan waktu yang cukup antara donor darah sebelumnya. Setiap kali seseorang mendonorkan darah, tubuh memerlukan waktu untuk memproduksi kembali darah yang hilang. Oleh karena itu, lembaga donor darah biasanya merekomendasikan jeda waktu antara donor darah:
  • Donor darah penuh: Jarak waktu minimal 56 hari atau sekitar dua bulan antara setiap donor darah.
  • Donor komponen darah lainnya: Untuk donor plasma atau platelet, waktu pemulihan yang disarankan bisa lebih pendek, yaitu sekitar 2 minggu untuk plasma dan 4 minggu untuk platelet.
Jika pendonor telah mendonorkan darahnya dalam jangka waktu yang lebih singkat dari itu, ada risiko untuk tubuh mereka menjadi terlalu lemah atau kekurangan darah.
Baca juga:  Menuju Indonesia Emas 2045: Semangat Sumpah Pemuda untuk Generasi Penerus

5. Tidak Mengonsumsi Obat-obatan Tertentu

Seseorang yang sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu, terutama obat yang dapat memengaruhi pembekuan darah, seperti aspirin, obat pengencer darah, atau obat antibiotik, mungkin tidak diperbolehkan mendonorkan darah. Jika Anda sedang menjalani pengobatan atau terapi tertentu, penting untuk berkonsultasi dengan petugas medis atau dokter yang mengawasi proses donor darah untuk memastikan bahwa obat yang Anda konsumsi tidak akan memengaruhi kualitas darah yang akan didonorkan atau berisiko bagi kesehatan Anda.

6. Tidak Melakukan Aktivitas yang Meningkatkan Risiko Penyakit Menular

Jika Anda baru saja melakukan tindakan berisiko tinggi, seperti kontak dengan orang yang terinfeksi penyakit menular, perjalanan ke daerah endemik penyakit tertentu (misalnya malaria), atau jika Anda berisiko tertular penyakit menular seksual (PMS), Anda disarankan untuk menunda donor darah untuk sementara waktu. Hal ini penting untuk menjaga kualitas darah yang didonorkan dan mencegah penyebaran penyakit melalui darah. Biasanya, lembaga donor darah akan meminta pendonor untuk menunggu beberapa bulan atau tahun setelah berisiko melakukan kontak dengan penyakit menular.

7. Kondisi Fisik yang Cukup Sehat dan Tidak Sedang Mengalami Stres Berat

Pendonor darah juga harus memiliki kondisi fisik yang cukup sehat, tidak sedang mengalami stres berat atau gangguan emosional yang bisa memengaruhi keseimbangan tubuh. Kondisi tubuh yang tertekan atau sangat lelah dapat memengaruhi kualitas darah dan kemampuan tubuh dalam memulihkan diri setelah donor. Jika Anda merasa sangat lelah, stres, atau kurang tidur, sebaiknya tunda donor darah hingga kondisi fisik dan mental Anda pulih.

8. Kehamilan

Wanita yang sedang hamil tidak diperbolehkan untuk mendonorkan darah. Donor darah selama kehamilan dapat membahayakan kesehatan ibu dan janin, karena tubuh wanita hamil membutuhkan lebih banyak darah untuk mendukung perkembangan janin. Setelah melahirkan, biasanya seorang ibu dapat mendonorkan darah setelah 6 bulan atau sesuai dengan rekomendasi dari dokter.
Baca juga:  Merokok Sambil Berkendara: Ini Bahayanya

9. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Donor

Sebelum mendonorkan darah, petugas medis akan melakukan pemeriksaan fisik sederhana, seperti mengukur tekanan darah, detak jantung, suhu tubuh, dan kadar hemoglobin (darah merah) untuk memastikan bahwa Anda dalam kondisi fisik yang baik untuk mendonorkan darah. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan adanya masalah kesehatan yang menghalangi donor, Anda akan diminta untuk menunda donor darah hingga kondisi Anda membaik.

Kesimpulan

Donor darah adalah tindakan yang penuh manfaat, baik bagi mereka yang membutuhkan darah maupun bagi kesehatan pendonor itu sendiri. Namun, untuk memastikan keamanan dan efektivitas proses donor darah, seseorang perlu memenuhi beberapa kriteria dan persyaratan yang telah ditetapkan. Sebelum mendonorkan darah, pastikan Anda dalam kondisi sehat, memenuhi persyaratan usia dan berat badan, serta tidak mengonsumsi obat-obatan yang dapat mengganggu proses donor. Jika Anda memenuhi syarat, donor darah secara rutin bisa menjadi cara yang sangat bermanfaat untuk menjaga kesehatan tubuh Anda sekaligus memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *