TANYAFAKTA.ID, JAMBI – Pembangunan superblok dan mal terbesar di Provinsi Jambi, Jambi Business Center (JBC), menimbulkan sejumlah masalah lingkungan, salah satunya banjir di area sekitar.
Kawasan Simpang Mayang, termasuk RT 10, RT 09, RT 11, RT 08, RT 07, RT 32, RT 03, dan RT 02 Kelurahan Simpang Empat Sipin, menjadi langganan banjir saat curah hujan tinggi.
Pada Jumat (4/10/2024) lalu, banjir dilaporkan mencapai paha orang dewasa. Adapun pembangunan JBC ini terletak di simpang mayang yang mana lahan milik pemerintah yang di kerjasamakan dengan pihak swasta.
Pengamat sosial dan ekonomi Iin Habibi mengatakan jika ditinjau dari perjanjian kerjasama, pembangunan JBC molor dan belum sesuai sebagaimana yang di perjanjikan.
“Namun kali ini saya belum membahas isi perjanjian kerjasama karena ada yang lebih serius harus disikapi akibat pembangunan ini banyak masyarakat menjadi korban kebanjiran hingga sebatas pinggang karena pihak JBC belum maksimal membuat kolam retensi,” ujarnya kepada TanyaFakta.id pada Jumat, (11/10/2024) malam.
Iin menjelaskan bahwa kolam retensi atau cekungan ini berfungsi untuk menampung air hujan sementara waktu untuk kemudian dialirkan kembali ke sungai atau meresap ke dalam tanah. Kolam retensi juga dikenal dengan sebutan embung.
Adapun kolam retensi berfungsi untuk mengendalikan banjir, memotong puncak banjir yang terjadi di sungai, dan dapat mengurangi risiko banjir yang menggenangi pemukiman.
“Hal ini lah yang menyebabkan banjir dilingkungan masyarakat di sekitar pembangunan JBC tersebut, maka saya mendorong pemerintah Provinsi dan kota jambi maupun DPRD Provinsi dan kota Jambi untuk memanggil pihak JBC untuk mengevaluasi perizinan nya, atau dibekukan sementara sebelum Kewajiban untuk membangun kolam retensi tersebut dilakukan,” kata Iin tegas.
Terakhir, Iin mengatakan investasi seharusnya berdampak baik pada lingkungan masyarakat bukan malah sebaliknya berdampak buruk bagi lingkungan masyarakat. (Aas)