TANYAFAKTA.IDDianggap cukup mampu untuk dapat bansos dan bantuan, tapi tidak cukup kuat untuk bertahan. Kata – kata ini tepat untuk mengambarkan kondisi sosial kelas menengah Indonesia saat ini.

Wasisto Raharjo Jati berjudul “The Indonesia Middle Class: A Conceptual Debate” dalam Masyarakat: Jurnal Sosiologi: Vol. 22: No. 1, Article 1 tahun 2017, dikatakan istilah kelas menengah atau middle class dalam studi politik dan masyarakat, tidak memiliki pemahaman dan pengertian yang definitif.

Sedangkan, menurut Kamus Cambridge Kelas menengah adalah kelompok sosial yang terdiri dari orang-orang yang berpendidikan tinggi, seperti dokter, pengacara, dan guru, yang memiliki pekerjaan bagus dan tidak miskin, tetapi tidak terlalu kaya.

Kelas menengah di Indonesia didefinisikan sebagai kelompok masyarakat yang memiliki tingkat pendapatan, pendidikan, dan gaya hidup yang berada di antara kelas bawah dan kelas atas. Secara umum, kelas menengah di Indonesia ditandai dengan pendapatan bulanan sekitar Rp 6 juta – 12 juta. Pendapatan yang memungkinkan mereka memiliki tabungan dan gaya hidup yang cukup dan menyenangkan.

Jumlah kelas menengah di Indonesia terus berkembang, tetapi juga rentan terhadap perubahan ekonomi. Beberapa laporan menunjukkan bahwa jumlah kelas menengah telah meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir, tetapi juga ada laporan yang menunjukkan bahwa jumlahnya telah menyusut.

Baca juga:  Efisiensi Anggaran Tidak Membuat Orang Menganggur

Kelas menengah di Indonesia kian merosot sejak 2019. Ekonom senior yang juga mantan Menteri Keuangan periode 2013-2014, Chatib Basri mengatakan berdasarkan data Bank Dunia, diungkapkan pada 2018 kelas menengah jumlahnya sebesar 23% dari jumlah penduduk.

Kemudian pada 2019 tersisa 21% kelas menengah seiring meningkatnya kelompok kelas menengah bawah atau aspiring middle class (AMC) dari 47% menjadi 48%.

Kecenderungan ini terus terjadi. Tahun 2023, kelas menengah turun menjadi 17%, AMC naik menjadi 49%, kelompok rentan meningkat menjadi 23%. Artinya sejak 2019, sebagian dari kelas menengah turun kelas menjadi AMC dan AMC turun menjadi kelompok rentan.

Kelas menengah saat ini sedang mendapat tekanan sosial dan ekonomi yang cukup serius. Di tengah tuntutan gaya hidup modern, persaingan karier yang ketat, dan biaya hidup yang terus meningkat, kelompok ini seringkali merasa terbebani untuk selalu tampil sukses dan mapan.

Istilah untuk mengambarkan kelas menengah Indonesia saat ini yaitu fenomena duck syndrome? Istilah duck syndrome merujuk pada individu yang tampak tenang dan tanpa usaha di permukaan namun sebenarnya berjuang keras di bawahnya.

Baca juga:  Pengamat Dedek Kusnadi Soroti Lambannya Penanganan Banjir di Kota Jambi

Padahal Individu dari kelompok kelas menengah sering dituntut untuk tampil sukses, stabil, dan bahagia. Meskipun sebenarnya mereka menghadapi tekanan besar secara emosional dan finansial.

Saat ini kelas menengah tekanan ekonomi yang nyata. Tingginya inflasi dan stagnasi pendapatan menyebabkan mereka harus beradaptasi dengan biaya hidup yang meningkat. Harga pangan, terutama beras, naik signifikan dan memaksa banyak keluarga mengalokasikan sebagian besar pendapatan hanya untuk kebutuhan pokok.

Pada tahun 2025 ini jika kenaikan upah minimum hanya berkisar 3-4 persen, situasi diperburuk oleh meningkatnya kasus pemutusan hubungan kerja (PHK) dan peralihan pekerja ke sektor informal. Data terbaru menunjukkan rata-rata tabungan masyarakat kini hanya sekitar Rp 4,6 juta (November 2024), lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya. Kondisi yang menunjukkan ketidakmampuan kelas menengah untuk mengimbangi biaya hidup yang melonjak.

Mitigasinya masyarakat kelas menengah untuk memperkuat literasi keuangan, menyusun anggaran bulanan secara disiplin, serta memprioritaskan kebutuhan pokok dan tabungan. Selain itu, diversifikasi pendapatan dan peningkatan keterampilan juga penting untuk menjaga stabilitas finansial, melalui kombinasi antara pengelolaan keuangan yang bijak dan pengembangan diri, masyarakat kelas menengah dapat lebih tahan terhadap tekanan ekonomi dan tetap sehat secara finansial.

Baca juga:  Pengamat Politik : DPP Harus Perhatikan Fakta Persidangan dalam Pemilihan Ketua DPD Golkar Jambi

Pemerintahan Presiden Prabowo sendiri sebenarnya cukup responsip membantu kelompok menengah ini agar tak turun kelas secara ekonomi, sejumlah program pemerintah untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat kelas menengah.

Masyarakat kelas menengah dinilai berperan untuk mendorong perekonomian. Pemerintah memberikan perhatian bagi masyarakat kelas menengah agar lebih sejahtera. Program-program tersebut seperti subsidi hingga program kredit.

Karena pemerintah sadar, kelas menengah punya peran strategis untuk mendorong perekonomian, oleh karena itu Pemerintah telah memberikan beberapa program untuk meningkatkan kesejahteraan kelompok kelas menengah.

Program-program pemerintah yang telah dijalankan untuk meningkatkan kesejahteraan kelas menengah pertama di antaranya, perlinsos, pemberian subsidi dan kompensasi, insentif perpajakan seperti insentif PPN DTP untuk pembelian rumah, lalu ada pemberian Bantuan luran kesehatan, Program Kredit Usaha Rakyat (KUR), hingga jaring pengaman seperti kartu prakerja sebagai jaminan kehilangan pekerjaan.

Melalui insentif dari pemerintah itu diharapkan bisa membantu meningkat kesejahteraan kelas menengah, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia secara keseluruhan.

Oleh : Dr. Noviardi Ferzi | Pengamat