TANYAFAKTA.ID – Melihat kemajuan suatu bangsa, lihatlah dari apa yang menjadi makanannya. Mungkin ini terdengar mengada – ada, tapi sejatinya soal makan bisa membawa perbedaan peradaban antar bangsa. Ya gizi yang diperoleh dari asupan membawa manusia hidup maju dan berkembang, Investasi gizi penting untuk pembangunan manusia.
Penelitian yang dilakukan panel para ekonom terkemuka dunia, dan dituangkan dalam The Copenhagen Consensus 2012, mengidentifikasi bahwa gizi dapat membantu memutus lingkaran kemiskinan dan meningkatkan PDB negara 2 hingga 3 persen per tahun. Investasi 1 dolar AS pada gizi dapat memberikan hasil 30 dolar AS, dalam bentuk peningkatan kesehatan, pendidikan, dan produktivitas ekonomi.
Negara Jepang misalnya, sejak dulu sudah dikenal dengan kecerdasan mereka sehingga menjadi salah satu negara paling maju di dunia terutama dalam hal teknologi dan budaya.
Tentu banyak hal yang membuat Jepang bisa menjadi negara maju. Salah satunya ternyata adalah faktor makan siang. Kenapa makan siang? Makan Siang Sekolah atau yang dikenal sebagai Kyuushoku pertama kali dihidangkan pada tahun 1889 di Periode Meiji dengan etos “ Negara Kaya, Militer Kuat ” untuk menghidupkan negara. Bayangkan 1889 Jepang sudah mengagas makan gratis.
Dari dulu pemerintah Jepang melihat nutrisi menjadi salah satu batu loncatan yang krusial untuk mencapainya. Salah satu jejak historis dari kyuushoku bisa dilihat dari sebuah sekolah dasar di Prefektur Yamagata yang menyediakan makan siang bagi siswa yang berasal dari keluarga miskin.
Kini, salah satu program unggulan pemerintahan Prabowo adalah makan bergizi gratis pagi dan siang, kepada total 82 juta warga. Mereka adalah anak-anak sekolah, anak-anak di rumah, dan ibu hamil.
Program Makan Bergizi Gratis diharapkan menjadi salah satu fondasi penting dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. Dengan memastikan anak-anak Indonesia tumbuh sehat dan memiliki karakter yang kuat, pemerintah optimis dapat mencetak generasi yang unggul, berdaya saing, dan mampu membawa Indonesia menuju masa depan yang lebih cerah.
Prabowo sendiri sudah lama memikirkan gagasan makan bergizi gratis, bahkan jauh sebelum periode kampanye Pilpres 2024. Publik masih ingat ketika Prabowo merilis tagline “makan siang gratis” dalam kampanye Pilpres beberapa waktu lalu.
Tentu, Prabowo tak ujuk – ujuk mengagas Program tersebut. Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), bahwa 41 persen siswa di Indonesia lapar saat belajar di sekolah.
Program ini akan dapat membantu menurunkan tingkat kekurangan gizi serta stunting di kalangan anak-anak. Anak yang memperoleh asupan pangan yang baik, lebih besar kemungkinannya untuk tumbuh baik secara fisik dan lebih berhasil secara akademis.
Makan siang gratis juga akan mendorong orang tua, terutama di kalangan keluarga miskin, untuk memastikan anaknya ke sekolah dan keluarga memprioritaskan pendidikan sang anak dari pada tanggung jawab lainnya. Hal ini akan menekan tingkat putus sekolah.
Angka putus sekolah, kebanyakan disebabkan oleh alasan ekonomi; untuk jenjang SD mencapai 0,13 persen pada 2022, meningkat 0,01 persen dibandingkan 2021 yang sebesar 0,12 persen. Pada jenjang SMP, angka putus sekolah tercatat sebesar 1,06 persen pada 2022, atau naik 0,16 persen dari tahun sebelumnya 0,90 persen.
Namun, program banyak menuai kritik. Salah satunya soal dana yang dibutuhkan, tahun pertama saja diperkirakan butuh Rp100 trilliun.
Tinggalkan Balasan